renungan angela

Sejak sebulan ini Angela lebih banyak termenung di hadapan laptop yang menyala. Jemarinya tak lagi terlihat lentik ketika menari diatas keyboard usang yang berada tepat disudut ruangan. Semua keluarga hanya diam melihat perubahan tingkah laku Angela belakangan ini tak terkecuali Adiknya Amy yang masih berusia enam tahun. Bukan hanya sekedar terlihat frustasi, Angela yang biasanya sumrigah benar-benar terpukul dengan apa yang dialaminya. Masih lekat dalam ingatan saat pertama kali rena mengijakkan kaki dirumah dimana ibu Angela dibesarkan, wajahnya pucat pasi dengan kerutan dibawah mata. Untuk berdiri tegap saja Angela tak mampu, sesekali air matanya menetes meski tak sepatah katapun keluar dari bibirnya.
Angela memilih untuk berada di tempat ini, tempat yang tak pernah benar-benar ingin di kunjunginya meski Ayah dan Ibunya berkali-kali meminta. Masa depan, cita dan cinta yang menjadi impiannya sejak dulu hilang seketika. Hal itu bukan tanpa alasan. Angela memutuskan membatalkan pernikahannya saat semuanya akan berlangsung seminggu lagi, semua persiapan pernikahan telah rampung namun Angela tiba-tiba membatalkan dan pergi meninggalkan kota itu tanpa memberi tahu alasannya pada siapapun. Sejak kepergiannya, Angela tak pernah berkomunikasi pada siapa pun termasuk pada Hanz, lelaki yang di tinggal menghitung hari akan menjadi suaminya. Hanz sosok pria yang tak bisa dia jelaskan pribadinya. Pria yang Hanz bahkan tak mengerti alasan mencintainya.

Komentar